468x60 Ads

Minggu, 24 April 2016

Bener Meriah, Negeri Yang Diberkahi


Kamu tahu kenapa aku sangat terobsesi dengan kata "Jauh" dan "Pulang"? 
Ini bukan soal aku ingin lari dari masalah atau menyerah untuk kembali. Aku lebih suka menyebutnya ini adalah fitrah sebagai manusia. Maksudnya?!
Baik, akan kujelaskan sedikit. Aku rasa dengan menyebut satu nama kamu akan paham maksudku. "ADAM". 

*** 

Hari ini aku "Pulang." 
Tidak jauh. Perjalanan ini hanya memakan waktu sekitar tujuh sampai delapan jam saja dari Banda Aceh. Kurasa cukup untuk sekedar menikmati harumnya asap kendaraan atau catwalk ternak-ternak bak model ternama, atau beberapa lubang jalan yang aku tak tau itu apa gunanya dalam aturan berlalu lintas. Kupikir aku tidak salah jalan melewati track Motorcross atau track olahraga extrem lainnya. Kalau kawanku bilang "Nikmati saja dulu, mungkin itu jadi cadangan pekerjaan saat benar-benar kerjaan mereka kelar semua atau bahkan tunggu saja saat menjelang pilkada tiba."
...
Sepanjang jalan aku coba mengamati apa saja yang kulewati. Aku selalu antusias melihat perubahan, atau sekedar hal baru yang mungkin luput dari pandanganku saat melewati jalan itu sebelumnya.
Menurutku tidak banyak yang berbeda dan aku yakin jalan ini tidak akan membuatku tersesat sampai ditempat tujuan nantinya.

***

Perjalanan pulang ini adalah pulang ke kampung halaman. Teruntuk yang sering stalking Facebook atau Instagram @Kukuh_Tirtariga kamu pasti tau dimana itu. . . . yaaa.. apa lagi kalau bukan Bener Meriah. Negeri di Atas Awan, Kota Dingin, Dataran Tinggi Tanah Gayo, atau apalah itu julukannya lagi.
Dan kali ini aku ingin tawarkan kau satu sebutan lagi ... "Negeri yang Diberkahi."

***

***

Tahun lalu aku berkunjung ke Kota Bandung. Kota ini memiliki banyak julukan. Mereka menyebutnya sebagai Kota Kembang, Negeri Parahyangan, Bandung Lautan Api, Paris Van Java dan lain sebagainya. Bahkan, yang menurutku lebih menarik lagi saat aku berkunjung ke Gedung Konfrensi Asia Afrika, KAA. Di sebuah dinding tertulis "Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum." Kata-kata itu menurutku seperti magic, menunjukkan kecintaan warganya kepada kota itu. Kalimat ajaib itu setidaknya mampu membius aku yang pertama kali menginjakkan kaki di Negeri Pasundan dan sendiri dan membuat jatuh cinta dan dengan kota Kembang ini. 

***
Saat aku sedang berpikir untuk menulis catatan ini, aku sedang berteduh dari sambutan hujan di sebuah cafee di lokasi wisata alam Weh Kulus. Aku kembali teringat Bandung. Saat itu aku juga di sambut dengan hujan. Cuacanya nyaris jadi sama dengan Kota kelahiranku. Bener Meriah. Aku tak sampai hati bilang mereka sama. Apalagi jika dari kemajuan pembangunannya. Tapi setidaknya menurutku mereka berpeluang untuk menjadi mirip. Sebut saja dari cuacanya yang relatif sering hujan. Subur tanahnya yang mampu menumbuhkan berbagai jenis tanaman, hingga gaografisnya yang menurutku Bener Meriah bisa berpeluang menjadi Kota seperti Bandung. 

Biarkan aku bermain perumpamaan sejenak... 

Jika Jakarta adalah Banda Aceh, maka Bener Meriah adalah Bandungnya Aceh untuk berlibur dari rutinitas pekerjaan. 
Jika Bandung tercatat memiliki sejarah nasionalnya dengan KAA atau peristiwa Bandung Lautan Api, Bener Meriah memiliki Radio Rimba Raya yang menyiarkan kemerdekaan Indonesia ke penjuru dunia. 
Jika Bandung mampu memasok sayuran atau bunga ke beberapa daerah termasuk Jakarta, Bener Meriah merupakan lumbung pertanian untuk provinsi Aceh. 
Soal tempat wisata tak usah ditanya. Dilain kesempatan aku akan berbagi juga tentang Keindahan Negeri yang Diberkahi ini. 
Satu lagi, Jika Bandung memiliki gadis yang cantik, Bener Meriah apa kurangnya. Terlebih unlimited pria tampannya. hehe
Potensi-potensi itu tentu tidak menjadi Cet Langet semata atau hayalan disaat senja. Tentu bisa kita wujudkan dengan optimisme yang kuat dan kerja keras. 
Jika Bandung bisa kenapa kita tidak?!
Jika Bandung tercipta saat Tuhan sedang tersenyum, Bener Meriah tercipta dan diberkahi Ilahi Rabbi.
***

Tidak kah kau ingin tahu kenapa aku menyebut Bener Meriah sebagai Negeri yang Diberkahi?
Terlepas dari keindahan dan segala keberkahan yang memang dihadiahkan oleh sang Ilahi di negeri ini. Sebutan itu bermula dari secangkir kopi saat ku berteduh dari hujan tadi.
Kau tahu apa yang mereka sebut saat hujan tiba? Hujan adalah berkah.
Kau tahu berapa kali hujan turun di kota dingin ini? Sering sekali. Terlebih jika kita menyebut embun juga bagian dari hujan. Hujan yang tidak menetes dari langit, namun dari daratan bumi.
Ku ulangi lagi, terlepas dari keindahan dan segala keberkahan yang memang dihadiahkan oleh sang Ilahi di negeri ini, lantas apa sebutan yang tepat untuk Bener Meriah???
Ia adalah "Negeri yang Diberkahi"

***




0 comments:

Posting Komentar