Sosok Ginta yang herois dan sederhana seolah menjadi penjelmaan
seorang Nasry, penggemarnya. Dengan penuh semangat Ia kobarkan segala kemampuan
dan keahlian untuk menyelamatkan mimpinya. Perjalanan pahit telah menjadi obat
dalam perjalanannya. Menuju ARM Sukses yang telah Ia damba-dambakan.
MAR (Marchen
Awakens Romance) adalah komik yang sangat digemari oleh pemilik wajah oval
dengan flek memudar. Gaya rambutnya ‘tak berulir, entah model menyamping, belah tengah, atau diantaranya.
Pria yang mengaku tidak suka memakai minyak rambut ini bernama Rasnadi Nasry, kelahiran Banda Aceh, 24 Mei 1989. Tokoh Ginta yang herois dan ceria mendapat perhatian khusus bagi Nasry, pencinta komik-komik Jepang, Manga. Panjang lebar ia ceritakan isi komik kesayangannya, dan ‘tak bosan-bosan ia membanggakan tokoh Ginta malam ini, dan semoga saja tidak sampai larut pagi.
“MAR adalah Komik kesukaanku. Ceritanya menarik dan Tokohnya sangat herois, saya suka komik yang berbau herois seperti ini” ungkapnya, malam itu.
Pria berkulit sawo matang dan beralis tebal menyatu ini adalah mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) pada Institut Agama Islam (IAIN) Ar-Raniry Banda Aceh.
R-Ka (Rasnadi - Kartunis), pria yang terkesan ‘gak rapi dengan gaya T-sirt berbalut kemeja itu, begitu piawai meliuk-liukkan alat tulisnya membentuk potret wajah bervisualisasi. Karyanya sudah banyak diterbitkan diberbagai media, baik media kampus maupun luar. Selain itu, karyanya juga sudah meraih berbagai prestasi dari ajang yang membanggakan. Dinding kamar berukuran 3x4 m berpenghuni 2 orang itu turut menggambarkan keahlian yang dimilikinya. Tampak beberapa penghargaan berjejer di dinding kamarnya.
“Prestasi yang membanggakan bagi saya adalah saat menjuarai perlombaan karikatur bertema ‘Kondisi Islam’ yang diadakan Unsyiah Fair” Ungkap penggemar Dedi Petet dan Butet Karta Rejasa, sang maestro teater itu.
“Saya menggambarkan seorang pria yang menunggangi kambing hitam dengan posisi membelakangi. Di tangan kiri tokoh terdapat senjata, yang bermakna Islam saat ini sedang dalam kondisi perang dan diperangi, sedangkan tangan kanannya terlihat mengiba, bermakna Islam saat ini sedang membutuhkan bantuan dari orang lain” tambahnya kemudian.
“Gak ada yang gak bisa Broo !,” ungkapnya, mantap
Sebuah motto hidup yang sampai saat ini telah mengantarkan Sang Kartunis meraih berbagai prestasi. Diantaranya yaitu Juara I menulis surat cinta untuk Ibu yang diselenggarakan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Keputrian IAIN Ar-raniry 2008, juara II menulis surat cinta untuk Ibu yang diadakan BEMA(Badan Eksekutif Mahasiswa) IAIN Ar-Raniry 2009, Juara I Lomba Karikatur yang diadakan oleh LDK(Lembaga Dakwah Kampus) Arrisalah, juara I lomba karikatur oleh BEMAF Tarbiyah, dan juara III lomba karikatur Unsyiah Fair V, tahun 2009.
“Karikatur itu sifatnya statis, ‘gak ada unsur bercerita seperti kartun, dan saya suka jenis kartun yang bersifat kritis, nyeleneh, intrinsik, dan sedikit menyindir.” jelasnya sambil mengeluarkan lembaran piagam-piagam penghargaannya dari beberapa perlombaan, seminar, dan ajang lainnya.
Selain aktif sebagai wartawan dan kartunis pada LPM Sumber Post dan Jurnal Poin, R-Ka juga aktif diberbagai organisasi lainnya seperti UKM KTM Rongsokan sebagai ketua divisi seni rupa, PERMATA (Persatuan Mahasiswa Takengon) sebagai ketua divisi seni , FIKRAH, Pengurus Sanggar Seni Udara, Sanggar Seni Aktadiurna Kpi, dan beberapa aktifitas lainnya.
“Saya juga mengajar Dsain Grafis di kampung keramat” jelas anak pasangan Drs. M. Nasir AR dan Dipa Warni .H.
Aktifitas yang menumpuk tidak membuat R-Ka pasif dalam bidang akademik, bahkan ia terus bekerja keras untuk membagi waktunya demi kepentingan kuliahnya.
Untuk menyiasati terjadi bentrokan jadwal kuliah dengan segudang aktifitasnya, R-Ka mengaku harus benar-benar memprioritaskan hal yang paling penting dan mendesak. “saya pernah menyesal ‘gak ikut final gara-gara pulang kampung,” ungkapnya, “Saran saya bagi yang pelupa dan malas buat catatan, sebaiknya membuat pengingat (alarm) saja di handphone,” tambah kartunis asal kota dingin, Bener Meriah.
Dunia karikatur yang sedang digemari R-Ka ternyata masih relatif muda digelutinya, baru sekitar tiga tahun, sekitar pertengahan tahun 2007 lalu. Tepatnya melalui pertemuannya dengan Tauris Mustafa, salah satu kartunis di Aceh.
“Dulu semasa SMA saya suka melukis, baik pemandangan, bunga, dsb. Dan sejak saya bertemu dengan bang Tauris di teater rongsokan. Disanalah saya mulai dikenalkan dengan karikatur. Saya cukup tertarik. Dan dari sejak itu saya mulai mempelajari teknik membuat karikatur”.
“Saya tidak pernah mengikuti les atau semacamnya sebelumnya. Saya hanya belajar teknik karikatur secara otodidak, belajar sendiri. Awalnya mencontek gambar orang lain, lalu lama-kelamaan saya mencoba-coba sendiri dan meminta untuk dikomentari teman ”
“Kata bang Tauris, karya pertama saya kurang berani. Saya harus lebih berani mengekspresikan karya saya. Saat itu saya baru berani menggambar pake pinsil” tambahnya, memperlihatkan karya pertamanya yang terbit dalam majalah sumber post edisi sepuluh (X).
Menurut R-Ka, membuat kartun itu membutuhkan keseriusan, harus sering berlatih, mengamati karya-karya kartunis-kartunis profesional serta menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Jika karya kita sudah selesai, jangan lupa untuk sharing dan meminta komentar teman terdekat anda. Gunakan waktu anda sebaik mungkin untuk membaca situasi dan keadaan sekitar, dan cobalah untuk memvisualisasikan dalam bentuk karikatur. “Yang penting... jangan menyerah,” tambahnya, mengangkat tangan kanannya lurus kedepan, menirukan gaya Ryan D’Massive.
Selain mahir di dunia kartun, penggemar ‘spongebob squarepants’, tokoh kartun animasi yang populer di Nickeledoen ini, ternyata adalah seorang aktor dikampusnya. Tepatnya di UKM(Unit Kegiatan Mahasiswa) KTM (Komunitas Teater Mahasiswa) ‘Rongsokan.
“Tuhan Aku Pengen Jadi Artis... hahaha,” ungkapnya, terbahak memperlihatkan gigi putih rapinya, saat menjawab pertanyaan alasannya menggeluti dunia teater.
Bagi R-Ka, karikatur dan teater adalah hobi. Sebagai tempat mengapresiasikan diri dalam berkarya. “Teater bagi saya adalah induk daripada seni. Ketika saya berteater maka akan merasa seperti menjalani semua jenis kesenian. Jadi saya serasa menguasai segala kesenian,” tambah penggemar warna hitam dan putih itu.
Tidak terkecuali di dunia teater, R-Ka juga sering mengikuti pertunjukan teater bersama teman-temannya sesama aktor. Seperti tampil di seputar kampus, dan juga penampilan besar seperti yang pernah mereka adakan di taman budaya Aceh.
Pria yang memiliki cita-cita sebagai penulis dan seniman ini berharap kepada pegiat teater di Aceh agar saling terbuka, berkomunikasi, dan mengadakan event-event besar sebagai ajang silaturahmi antar mereka.
“Kalau di dunia karikatur, saya berharap agar kartunis Aceh bisa lebih mengenal dan di kenal di perkartunan Indonesia, perbanyak even, dan berusaha menggairahkan minat di bidang karikatur, karena saat ini bidang ini belum banyak dilirik orang”
“Saya juga ingin membentuk komunitas kekreatifan, dalam bidang apapun itu, baik kartun, pendidikan, seni, dan sebagainya. Kreatifitas pemuda saat ini sudah direnggut pergaulan, padahal manusia itu ‘kan diciptakan unik, mudah-mudahan saja ini bisa membantu membangkitkan kreatifitas pemuda yang sudah lama tenggelam, dan memberi peluang atau wahana untuk lebih mengapresiasikan segala karya mereka” katanya, memandang serius.
Peminat novel Laskar Pelangi dan Doa yang Mengancam ini memiliki keinginan agar lebih dekat dan lebih sayang kepada kedua orang tuanya.
Dia pernah menghadiahkan ibunya sebuah ‘mukena’ hasil hadiahnya dalam perlombaan menulis surat cinta untuk ibu, yang diadakan UKM Keputrian tahun 2008
“gila ! saya adalah satu satunya peserta pria saat itu, dan satu satunya juara satu, hahaha” ungkapnya, geli.
(KukuhFeatures)